Ada sebagian suami atau mungkin juga istri, yang memiliki kebiasaan
meremehkan pasangannya. Apapun alasannya dan bagaimanapun keadaannya,
meremehkan pasangan merupakan perkara yang tidak boleh dibiasakan dalam
sebuah keluarga. Mungkin saja hal semacam ini bermula dari sekedar
bercanda dengan mengatakan sesuatu yang merendahkan pasangan kita,
meskipun tujuannya hanya untuk meledek, seperti mengatakan atau
menyindir sesuatu yang tidak bisa dikerjakan oleh suami atau istri,
meledek kekurangan pasangan atau membandingkan dengan orang lain.
Sikap meremehkan pasangan hidup, meskipun dalam perkara yang
sederhana, sama artinya kita menyamai benih pertikaian dalam rumah
tangga. Perlahan namun pasti, ia menjadi boomerang bagi kita dan dapat
berubah menjadi pertikaian besar. Jika sudah demikian adanya, maka
jangan harapkan keharmonisan keluarga akan terwujud indah.
Meremehkan merupakan sikap memandang sepele atau tidak penting atau
memberikan penilaian di bawah nilai obyektif yang seharusnya diberikan,
baik dengan perkataan, sikap maupun perbuatan yang ditujukan kepada
orang lain. Suami yang memiliki kebiasaan demikian biasanya cenderung
untuk tidak pernah menghargai istrinya, merasa kurang dengan apa yang
telah dikerjakan istrinya dan tidak pernah mengucapkan “terima kasih” atas kebaikan dan pengabdian istri.
Begitu pula sebaliknya, istri yang suka meremehkan suaminya akan
menilai setiap jerih payah sang suami sebagai suatu usaha yang biasa,
atau bahkan dianggap di bawah standar, merasa selalu kurang dengan
pemberian suami, dan enggan untuk menaati setiap perintah dan kata-kata
suaminya. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan bahwa seseorang yang beriman adalah yang senantiasa menjaga
perkataannya dari mengucapkan sesuatu yang sia-sia, yaitu dengan selalu
memilih antara berkata baik atau diam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” (HR. Muslim)
Kebiasaan merendahkan pasangan dapat berkembang menjadi sikap atau
perkataan yang bersifat merendahkan. Sikap merendahkan pasangan hidup
bisa ditujukan langsung kepada sang suami atau istri atau justru
dibeberkan dengan begitu bersemangatnya di hadapan orang lain. Setiap
kekurangan pun menjadi tidak harmonis dan perpecahan seolah tinggal
menunggu waktu.
Sikap meremehkan atau merendahkan pasangan hidup jangan sampai ada
dan berkembang di dalam keluarga muslim. Sudah seharusnya masing-masing
pihak memahami dan menerima setiap kekurangan dan kelebihan pasangannya.
Menghindari sikap meremehkan atau merendahkan pasangan wajib untuk
dilakukan jika memang kita menghendaki predikat sakinah, mawadah, dan
rahmah.
***
Sumber: Asadulloh Al-Faruq, Ketika Keluarga Tak Seindah Surga, Solo: Al-Kamil
0 komentar:
Posting Komentar