Makna Cinta Masih Relatif
Tentang makna cinta mungkin sudah banyak yang menjelaskannya, meski
penjelasan itu belum mampu memaknai cinta yang dikendaki oleh
orang-orang. Sebab, cinta itu bersifat relatif; tergantung orang yang
merasakannya. Orang yang merasakannya tergantung pada sikapnya. Orang
yang menyikapinya tergantung pada kemampuan logikanya.
Oleh sebab itu, makna cinta itu diartikan sesuai apa yang dirasakan
oleh orang-orang. Jika mereka merasakan cinta itu membuat mereka
bahagia, maka cinta diartikan keindahan. Sebaliknya, jika mereka
merasakan cinta itu membuat mereka tersiksa, maka cinta diartikan
penderitaan. Jadi, makna cinta itu masih bersifat relatif.
.
Namun, jika cinta terlepas dari sifat relatif itu, maka cinta
sebenarnya memiliki makna yang sama sekali jauh dari pemaknaan
orang-orang. Orang-orang memaknai cinta itu sesuai apa yang mereka
rasakan. Sementara apa yang mereka rasakan sesuai pola mereka menyikapi
cinta dan itu berdasarkan pada logika yang sama sekali masih belum
memahami cinta. Sehingga mereka memaknai cinta sekehendaknya sendiri.
Cinta Alasan atau Karena
Membahas masalah makna cinta mungkin tidak akan menemukan makna yang
pas. Sebab, sebenarnya orang-orang memaknai cinta berdasarkan
alasan-alasan yang mereka buat sendiri. Alasan-alasan itulah yang seolah
membuat mereka memahami makna cinta. Sehingga begitulah makna cinta
(sementara), sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Berbicara tentang alasan-alasan yang biasanya diajdikan dasar untuk
mencintai, sepertinya sangat penting. Sebab, sebagian orang menganggap
cinta itu tergantung pada alasannya. Artinya, cinta itu akan tumbuh jika
alasan itu ada, cinta itu akan utuh jika sesuai dengan alasannya, dan
cinta akan punah jika alasan itu sirna.
Alasan-alasan itu semisal, jika ada seseorang mencintai dengan alasan
kecantikannya, maka itu diartikan cinta karena fisik, ada yang
mengatakan cinta karena nafsu. Jika ada yang mencintai dengan alasan
hartanya, maka itu diartikan cinta karena materi. Jika ada yang
mencintai karena akhlaknya yang baik, pengetahuannya yang luas, dan
ibadahnya yang istiqamah, maka itu diartikan cinta karena kekaguman.
Alasan-alasan cinta di atas yang dimaksud cinta akan tumbuh dan utuh
jika alasan-alasan tersebut ada. sebaliknya, jika alasan-alasan tersebut
tidak ada maka cinta tak akan tumbuh, dan jika tumbuh lalu alasan itu
tidak ada maka cinta akan hancur.
Oleh sebab itu, banyak yang tidak ingin alasan cinta bukan karena
alasan-alasan di atas, melainkan mereka berharap cinta karena memang
cinta. Adakah yang bisa seperti ini? Tidak perlu memikirkan jawabannya.
Yang perlu kita pikirkan adalah harapan kita dulu. Kita berharap
dicintai karena cinta atau berusaha mencintai karena cinta? Harapan ini
sepertinya lebih diminati oleh pihak yang dicintai. Dia (yang dicintai)
berharap dirinya dicintai karena memang cinta. Sementara dirinya tidak
pernah berusaha untuk mencintai karena memang cinta. Jika hal ini bisa
diusahakan, maka jawaban di atas akan terjawab dengan usaha itu.
Ada lagi alasan mencintai yang mungkin lebih dianggap cinta sejati
dan hakiki. Yaitu mencintai karena Allah. Pemahaman sementara yang
menjadi dasar bagi alasan ini adalah mencintai bukan karena fisik,
materi, kekaguman, dan nafsu. Mungkin juga bukan mencintai karena cinta.
Akan tetapi, maksud alasan mencintai karena Allah adalah mencintai
semata-mata karena ingin mendapatkan rido Allah.
Ciri-ciri Cinta Karena Allah
Mungkin sebagian besar orang merasa sangat sulit atau bahkan mustahil
mencintai karena Allah. Sebab mereka memahami mencintai karena Allah
atau mencintai semata-mata karena ingin mendapatkan rido Allah, itu
harus lepas dari alasan karena fisik, materi, kagum, dan nafsu. Padahal
maksud mencintai karena Allah, sebenarnya tidak begitu. Jika harus lepas
dari itu semua, berarti harus membuang fitrah atau qudrah seorang
manusia. Yang namanya manusia pasti tidak akan lepas dari itu semua,
khususnya ketika hendak mencintai seseorang.
Lalu bagaimana caranya untuk mencapai cinta karena Allah? Cinta
karena Allah merupakan maksud dari pencapaian untuk mendapatkan rido
Allah. Untuk mendapatkan rido Allah sudah pasti ada caranya. Cara
tersebut adalah melakukan setiap sesuatu sesuai syari’at Allah. Dalam
hal cinta, Allah sudah menyediakan cara untuk meraih cinta karena Allah.
Yaitu pernikahan. Allah men-syari’at-kan pernikahan sebagai cara bagi
anak manusia untuk meraih cinta karena Allah.
Jadi, cirri-ciri mencintai karena Allah adalah ada niat untuk
menikah, meskipun ada embel-embel karena fisik, materi, kagum, atau
bahkan nafsu. Sebenarnya embel-embel inilah yang membuat anak manusia
ada keinginan menikah. Selain itu, memang qudrah dan fitrah manusia.
Hal ini mungkin bagi mereka yang baru mulai menjalin cinta, dan sudah
masuk usia layak menikah atau sudah siap menikah. Namun, bagi selain
yang tidak layak atau siap menikah, mereka menjalin cinta tidak ada
niatan menikah. Mereka menjalin karena ingin happy bersama pasangannya, karena takut dibilang gak gaul, takut dibilang jomblo, dan takut dibilang tidak laku.
Bagi mereka yang sudah menikah, mereka bisa dianggap mencintai karena
Allah, jika mereka mampu menjalani rumah tangganya sesuai aturan
syari’at Allah; melaksanakan kewajiban dan memenuhi suatu hak dalam
rumah tangga, baik sebagai suami atau istri. Untuk mendapatkan rido
Allah, kan harus melaksanaka sesuatu harus sesuai syari’at Allah.
Ada yang benar-benar mencintai karena Allah, yaitu dia yang
menikah tanpa ada rasa cinta bahkan suka pun tidak ada, tetapi dia mampu
menjalani rumah tangganya dengan tetap sesuai aturan syari’at Allah.
Mungkin ini bagi mereka yang pernikahannya karena dijodohkan. Jadi, jika
engkau benar-benar ingin meraih cinta karena Allah, menikahlah dengan
orang yang tidak engkau cintai dan jalanilah kehidupan rumah tangga
sesuai aturan syari’at Allah.
Sumber : http://cyberdakwah.com
0 komentar:
Posting Komentar